Lahannya Ada Tapi Tidak Dengan Petaninya
DAERAH, NUSAPALA.ID – Generasi petani di Kalimantan Tengah (Kalteng) sebagian besar telah memasuki usia senja, menciptakan tantangan besar bagi kemajuan sektor pertanian di daerah ini. Rendahnya minat generasi muda terhadap pertanian menjadi kendala utama dalam pengembangan sektor ini, terlebih lagi Kalteng berperan sebagai wilayah penyangga pangan bagi Ibu Kota Nusantara (IKN).
Pemerintah Provinsi Kalteng telah memproyeksikan daerah ini sebagai penyokong pangan IKN, yang diungkapkan oleh Gubernur Sugianto Sabran dalam berbagai kesempatan. Kunjungan Presiden Joko Widodo ke sejumlah kawasan pertanian di Kalteng pada akhir Juni 2024 semakin memperkuat proyeksi tersebut. Presiden berharap produksi beras Kalteng dapat dipasok ke IKN jika terjadi surplus.
Namun, pencapaian tujuan ini terhambat oleh kekurangan jumlah petani. Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Kalteng, Sunarti, saat ini Kalteng didominasi oleh petani berusia tua, dengan minat anak muda untuk terlibat dalam sektor pertanian yang sangat rendah.
“Kita punya lahan, tapi tidak ada petani yang menggarap. Kalau lahannya ada tetapi petaninya tidak ada, terus siapa yang akan menggarap?” ujar Sunarti.
Sunarti menjelaskan bahwa rata-rata usia petani di Kalteng adalah di atas 50 tahun, dan masalah regenerasi petani baru sulit teratasi karena keengganan generasi muda untuk berkarir di sektor ini.
“Kami sudah melakukan sosialisasi untuk mengajak anak-anak muda lulusan SMK pertanian dan sarjana pertanian agar mau terjun mengelola lahan,” katanya.
Pemerintah Provinsi Kalteng mendorong anak muda untuk menggarap lahan pertanian yang telah dibuka. Mereka dipersilakan untuk membentuk kelompok tani mandiri, dengan pemerintah menyediakan lahan dan sarana pendukung.
“Silakan buat kelompok tani, kami akan bagi lahannya. Sekitar 200 hektar bisa dikelola oleh 12 sampai 20 orang, dan alat-alat akan dibantu,” ujarnya.
Sunarti mencontohkan bahwa salah satu lahan cetak sawah yang telah dibuka berada di Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas, tetapi saat ini sebagian besar lahan tersebut tidak ada yang menggarap. “Kami sudah membuka lahan di Dadahup, tetapi mana yang menggarap?” tambahnya.
Untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja, pihaknya telah mendatangkan lebih dari 400 mahasiswa untuk menggarap sebagian lahan sawah di Kecamatan Dadahup, terdiri dari 375 mahasiswa dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan 40 lulusan diploma empat pertanian.
Pemerintah juga berencana menggandeng korporasi untuk menggarap lahan-lahan tersebut dengan sistem bagi hasil antara perusahaan dan pemilik lahan. “Kalau tidak begini, tidak akan selesai; korporasi juga harus turun tangan,” pungkas Sunarti.