Sejak Saat Itu, Aku Bernafas di Laut Samudera
NIRMALA, NUSAPALA.ID –
Kuhirup nafas panjang, sambil menerka badai mana lagi yang akan menerjang
Senjata ku sudah lengkap
Iman, Taqwa, Tawakal, lima waktu menghadap
Namun Tuhan, sejak saat itu aku seperti bernafas di tengah lautan
Nafasku panjang namun air kerap menjejali saluran pernafasan
Dahulu kala ketika nafas yang kuhirup masih berupa oksigen,
Surya ku masih menyinari dunia, lentera ku berpendar di gelapnya tapak yang kujalani, bintangku menemani malam sunyiku dan bulan ku…
Ahh bulan…
Dia juga hilang karena jatuh cinta dengan planet lain, sehingga tidak mengorbit padaku lagi.
Bulan.. alam pun tahu kau hanya menghianati bumi sesaat,
Namun bulan, satu hari bumi tanpamu maka bencana alam mulai bermunculan, hewan nokturnal tidak dapat mencari makanan, air laut tak lagi pasang, dan waktu di bumi berlangsung enam kali lebih cepat.
Lalu bisa kau bayangkan bulan, apa yang terjadi pada bumi ketika kau berhenti mengorbitnya selama 4 bulan?
Bahkan saat bulan kembali, bumi pun telah hancur lebur karena kerusakan yang dibuatnya
Tapi bulan, bumi siap mati untukmu
Namun bagaimana jika sudah kau tikam bumi dan telah mati untukmu?
Ia telah mati dipangkuanmu
Cinta mati dia
Mati-matian juga dia bertahan
Bulan, kini bumi pun tidak tenggelam oleh pasang air lautnya,
Namun ia tenggelam oleh air matanya sendiri
Sejak saat itu, aku bernafas di tengah lautan air mata
Tuhan, Kau ambil suryaku ke sisi mu,
Lentera ku Kau lumpuhkan sehingga pendarnya tak dapat menyinari jalanku
Bintangku menemukan belahan jiwanya dan bermigrasi ke galaksi lain
dan Bulanku tuhan…
Pernah aku menaruh kepercayaan seluruh hidupku padanya,
Namun tuhan Bulanku menemukan planet yang lebih indah ketika akulah bumi yang selalu di orbitnya.
Sejak saat itu tuhan, aku tenggalam dalam darahku sendiri
Nafasku panjang, namun aku menghirup lautan merah dari luka yang terus mengucurkan darah.